Ingatlah Insan Muda !!! Salah satu perkara yang ditanyakan oleh ALLAH SWT setelah Hari Kiamat nanti ialah Masa muda Insan Muda dihabiskan untuk apa ??? Janganlah sampai Insan Muda lalai dalam beribadah, OK !

Senin, 08 Desember 2008

Perbedaan Organ Hati (Hati Jasmaniyah) dengan Hati Nurani (Hati Batiniyah)

Hati nurani atau qalb itu apa sih? Hati yang beku itu seperti apa dan hati yang terhijab bagaimana mekanismenya? Dalam Al-qur’an sering disebut dengan orang yang hatinya sakit, hatinya membantu, hatinya yang buta.. dan lainnya, hati yang manakah itu ?
Sebagian orang mudah sekali mengatakan bahwa apa yang terlintas dalam pikirannya saat itu bersumber dari hati nuraninya.
Saya merasa ingin mencoba memaknainya sebagaimana yang telah diungkapkan Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Ajaaib al-quluub”,
Menurut Al-Ghazali, qalb atau hati memiliki dua makna, yang pertama adalah sepotong daging (mudhghah) yang berbentuk buah sanaubar, yang terletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Dan di sana pula lah sumber atau pusat ruh. Akan tetapi beliau saat itu tidak bermaksud hendak menguraikan tentang bentuknya atau fungsi biologisnya, sebab yang demikian itu adalah objek wacana pada ahli medis, tidak berkaitan dengan tujuan-tujuan keagamaan. Apalagi organ hati ini tidak hanya ada dalam tubuh manusia saja, tetapi juga terdapat dalam tubuh hewan, bahkan juga pada orang yang sudah mati. Karenanya beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hati itu pada dasarnya adalah bukan organ hati tersebut, Sebab ia dalam kaitannya dengan topik yang sedang kita bahas sekarang tak lebih dari sepotong daging tak berharga yang ada di dalam alam duniawi yang kasat mata, (‘alam al-mulk wasysyahaadah), yang dilihat oleh mata hewan-hewan apalagi manusia.
Makna kedua, hati/qalb adalah sebuah lathiifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak kasat mata, tak berupa dan tak dapat diraba) yang bersifat Rabbani ruhani, meski ada juga kaitannya dengan organ hati. Lathiifah tersebut sesungguhnya adalah jati diri manusia atau hakikatnya. Dia adalah bagian komponen utama manusia yang berpotensi mencerap (memiliki daya tanggap dan persepsi) yang memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu, dan mengenalnya, yang ditujukan kepadanya segala pembicaraan dan penilaian, dan yang dikecam, dan dimintai pertanggungjawaban.
Meski demikian qalb atau hati dalam makna seperti ini tetap memiliki kaitan dengan hati biologis, meski patut kita sadari bahwa akal kebanyakan manusia senantiasa dalam kebingungan ketika hendak mengetahui sejauh mana dan bagaimana bentuk keterkaitannya itu. Dalam pengertian bahasa, qalb bermakna membalik, kembali, maju-mundur, naik-turun, berubah-ubah. Kata ini digunakan untuk menamai bagian dalam diri manusia yang menjadi sentral diri manusia itu sendiri, yang kita terjemahkan dengan hati. Penamaan demikian, diperkirakan, ada kaitannya dengan sifat hati itu sendiri yang menjadi fokus kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan, dimana ia sering berubah-ubah, bolak-balik, maju-mundur dalam menerima kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan.
Al-qur’an menggunakan kata qalb sebanyak 132 kali dalam konteks yang berbeda-beda. Di sini kita tidak akan melihat rincian itu semua. Al-qur’an sering mengidentikkan kata qalb dengan ‘aql, seperti dalam Q.S. Al-Hajj : 46. Demikian pula hati diidentikkan dengan nafs (lihat Q.S. Al-Fajr : 27-28). Dari sekian permaknaan ini, saya cenderung memahami pengertian bolak-balik hati ini adalah penghadapan wajah yang berbolak-balik, terkadang terhadapkan pada Allah Ta’ala, dan di masa yang lain, hati cenderung menghadapkan dirinya pada urusan dunia... dan faktanya, seringkali kita hadapkan selalu ke arah “bawah” ini...
Dalam pandangan para sufi, hati yang lebih ditekankan pada makna lathiifah rabbaniyah ruuhaniyyah adalah sesuatu yang menjadi tumpuan pandangan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-qur’an, “Tidak ada dosanya jika kamu berbuat salah, kecuali jika hatimu menyengajanya. Dan Allah Ta’ala adalah Maha Pengampun dan Maha Mengasihi” (Q.S. Al-Ahzab : 5). Dalam hadist diungkapkan “Sesungguh-nya Allah Ta’ala tidak memandang bentuk dan tubuhmu, tetapi Dia memperhatikan hati dan perbuatanmu.” (HR Muslim).
Allah Ta’ala hanya memperhatikan hati, karena hati itulah yang menjadi hakikat manusia. Karakter seseorang berbeda dengan yang lain karena hatinya berbeda. Perbedaan itu pula yang menyebabkan perbedaan dalam cara Allah Ta’ala memperlakukan sang hamba itu sendiri.
Berikut ini penuturan dari seorang syaikh Sufi dari California, Syaikh Robert Frager yang menjelaskan perbedaan mendasar dan keterhubungan antara hati jasmaniyah atau hati dalam makna pertama Alghazali tadi dengan hati batiniyah :
“Hati batiniyah berfungsi hampir sama dengan hati jasmaniyah. Hati jasmaniyah terletak di titik pusat batang tubuh; hati batiniyah terletak di antara diri rendah dan jiwa. Hati jasmaniyah mengatur fisik; hati batiniyah mengatur psikis. Hati jasmaniyah memelihara tubuh dengan mengirimkan darah segar dan beroksigen kepada tiap sel dan organ di dalam tubuh. Ia juga menerima darah kotor melalui pembuluh darah. Demikian pula dengan hati batiniyah memelihara jiwa dengan memancarkan kearifan dan cahaya, dan ia juga mensucikan kepribadian dari sifat-sifat buruk.
Hati memiliki satu wajah yang menghadap ke dunia spiritual, dan satu wajah lagi menghadap ke dunia hawa nafsu dan sifat-sifat buruk kita.
Jika hati jasmaniyah terluka, maka kita menjadi sakit. Jika ia mengalami kerusakan berat, maka kita pun meninggal dunia. Jika hati batiniyah kita terjangkiti sifat-sifat buruk dari hawa nafsu kita, maka kita akan sakit spiritual. Jika hati tersebut secara keseluruhan didominasi oleh hawa nafsu, maka kehidupan spiritual kita pun akan mati.
Hati jangan disalah artikan dengan emosi. Emosi, seperti amarah, rasa takut, dan keserakahan berasal dari hawa nafsu. Ketika manusia berbicara mengenai hasrat hati, mereka biasanya merujuk pada hasrat hawa nafsu. Hawa nafsu tertarik pada kenikmatan duniawi dan tidak peduli akan Allah Ta’ala; sedangkan hati tertarik kepada Allah Ta’ala dan hanya mencari kenikmatan di dalam Allah Ta’ala.
Hati secara langsung bereaksi atas setiap pikiran dan tindakan. Syaikh Robert Frager berkata bahwa setiap kata dan tindakan yang baik memperlembut hati, dan setiap kata dan tindakan buruk akan memperkeras hati. Nabi Muhammad SAW, menyebutkan keutamaan hati saat berkata, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia sehat, maka seluruh tubuh pun akan sehat, jika ia sakit maka seluruh tubuh pun akan sakit. Itulah hati.”
Hati adalah sebuah kuil yang ditempatkan Allah Ta’ala di dalam diri setiap manusia; sebuah kuil untuk menampung percikan ilahi di dalam diri kita. Dalam sebuah hadis qudsi terkenal, Allah Ta’ala berfirman, “Aku, yang tak cukup ditampung oleh langit dan bumi, melainkan tertampung di dalam hati seseorang beriman yang tulus.”
Kuil di dalam diri kita ini lebih berharga daripada kuil tersuci sekalipun di muka bumi ini. Maka, jika kita melukai hati manusia lainnya dosanya lebih besar daripada merusak sebuah tempat suci di dunia ini.

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online